..scroll down for english..
RURU.MOV
(Program Pemutaran Film dan Video / Film and Video Screening Program)


Kurator / Curators: Lisabona Rahman & Anggun Priambodo
Date: 03 - 12 January 2011
Venue: Kineforum & Galeri Nasional Indonesia
Film, video dan video musik punya posisi yang sangat khas bagi generasi muda. Ketiganya bisa dipuja sebagai inspirasi, bisa juga dicacimaki karena ngaco dan pada saat lain diambilalih untuk menjadi corong pernyataan anak muda. Kepentingan dunia bisnis hiburan bertemu atau berbenturan dalam ketiga media ini kalau sudah berurusan dengan ekspresi anak muda.

Dalam program ini kami memilih karya-karya yang dalam berbagai cara melihat dan bicara mewakili dunia anak muda. Dari rangkaian ini kita melihat bukti, bahwa di setiap zaman tenaga kreatif muda bukan saja menciptakan saluran komunikasi antar anak muda, tapi juga menguak penindasan politik dan menghidupkan dunia bisnis hiburan yang tadinya sekarat. Kita bisa melihat pergeseran bahasa visual yang sangat mencolok antara karyakarya buatan masa Orde Baru (1990-an) dengan karya pasca Orde Baru setelah 1990-an.

Biarpun begitu, dunia anak muda tetap merasa perlu menyuarakan dirinya sendiri. Bukan saja tentang persoalan masa muda, tapi juga pandangan politik dan ekspresi artistiknya sendiri lewat media-media yang sangat khas sesuai kemungkinan zamannya.
Films, videos, and music clips hold a very special position in the lives of the younger generation. The three of them could be praised for their inspirational qualities, or condemned for just being a mess. At the same time, they were reclaimed by the youth using them as a mouthpiece, to help them amplify their statements. Consequently, any interest owned by the entertainment business meets, or more precisely clashes, in these three media whenever they deal with youth expressions.

For the program, we have picked sample of works that perceived and expressed these world of the young ones in more ways than one. From the series we could distinguish the proof on how the youth creative energy in each era not only succeeds in creating communication channels between themselves, but also in revealing political repressions, as well as in bringing the dying entertainment business sector back to life. We could see a striking shift in visual language between ones used during the New Order era (nineties), and the ones after.

Nevertheless, this youthful world still feels the need to make sure the voice of their aspirations could be heard. Aspirations on not only on their age peculiar issues, but also their political ones, together with their distinctive artistic expressions made possible through media exclusively belong to their respective era.
Pameran / Exhibition
Date: 03 - 12 January 2011
Venue: Kineforum (Area Teras Kineforum)
Bersamaan dengan pemutaran film terprogram, koleksi zine-zine lokal juga akan dipamerkan untuk merayakan bersama keberagaman pernyataan yang dihasilkan anak muda Indonesia melalui media-media independen yang mereka jalankan. Pameran ini juga mencoba melihat kembali media-media yang telah dibuat oleh anak muda Indonesia, mulai dari zaman keemasan majalah Aktuil sampai sekarang.
Together with the programmed film screening, collections of local zines will also be exhibited to collectively celebrate how rich and diverse Indonesian youth have made their statements through independent self-initiated media. The exhibit will also revisit these youthful self-initiated media in Indonesia, from the golden era of Aktuil magazine to this day.
Diskusi / Discussion:
"Talking ‘Bout My Generation"


Speaker: Remy Silado (founder of Aktuil), Ika Vantiani (Peniti Pink zine distributor)
Moderator: Soleh Solihun (Rolling Stone - Indonesia)
Date: Senin / Monday, 10 January 2011 (17.00 – 19.00)
Venue: Kineforum (Area Teras Kineforum)
Representasi tentang anak muda dan kulturnya yang dibangun dan diterapkan oleh media arus utama, seperti film komersial dan media massa, cenderung menyalah-artikan atau ingin menasehati. Apakah akibatnya setelah anak muda punya media/teknologinya sendiri untuk mengekspresikan diri? Apakah ada perubahan dalam representasi anak muda di media massa? Atau representasi yang lebih dekat dengan kenyataan anak muda tetap hanya beredar di media yang mereka produksi sendiri? Bagaimana proses anak muda merebut kembali kendali atas sirkulasi ide antar mereka? Adakah usaha reclaim itu? Di mana tempat ide anak muda dalam media komersial?

Diskusi akan berlangsung setelah pemutaran film kaya Erfan Agus, Untuk Kaum Muda. Karya dokumenter ini bercerita tentang pendirian dan sepak terjang majalah anak muda Aktuil yang besar pada akhir 1960-an sampai pertengahan 1970-an.
The representation on youth and their culture, made up and applied by mainstream media, such as commercial box office movies and others, has tendencies either to misinterpret or to preach. What consequences does it bring when youth finally came around and employed their own media/technology in their expression? Does it bring any difference in how the age group is represented in the media? Is it true then that the more accurate representation towards youth reality could only circulate through their self-produced media? How does this process of reclaiming control on their own idea circulation unravel? Is there any trace left of this reclaiming effort? Is there any trace left of this reclaiming effort? where is the actual room for youth in commercial media?

The discussion program will be held after the screening of Erfan Agus’ film, Untuk Kaum Muda (For the Youth). The documentary recounts the establishment of, as well as the struggle done by, the youth magazine Aktuil, a magazine popular in the late sixties up until the mid seventies.
Djakarta 66
135’ | 1982 | 35 mm



Sutradara / Director: Arifin C. Noer
Pemain / Stars: Umar Kayam (Presiden Soekarno), Amoroso Katamsi (Letjen Soeharto), Ikranagara, Cok Simbara, Ratna Riantiarno.
Date: 03 January 2011 (19.30) & 09 January 2011 (14.15)
Venue: Kineforum
Tahun 1966, setahun setelah peristiwa 30 September mencekam kota-kota di Indonesia. Hari-hari itu jalanan Jakarta dipenuhi demonstrasi mahasiswa. Presiden sipil terpaksa mengatasi keadaan dengan memberi mandat kepada seorang tentara untuk memulihkan keamanan negara.
1966, a year after the September 30th incident petrified every city in Indonesia. Streets of Jakarta were filled with student demonstrations back then. The civilian president were forced to cope with the circumstences by mandating a soldier the authority to restore the condition of national stability.
Si Doel Anak Modern
107’| 1977 | DVD



Sutradara / Director: Sjuman Djaya
Pemain / Stars: Benyamin S (Doel), Christine Hakim (Nonon/Kristin), Farouk Afero (Sapii), Wahab Abdi (Sinyo), Achmad Albar (Achmad).
Date: 06 January 2011 (14.15) & 11 January 2011 (19.30)
Venue: Kineforum

Date: 10 January 2011 (19.30)
Venue: Galeri Nasional Indonesia
Si Doel, pemuda salah satu kampung di Jakarta, menganggur setelah lulus sekolah. Ia berusaha merebut hati Nonon, seorang peragawati. Saingannya adalah Achmad, seorang bintang musik yang senang gonta-ganti pacar. Demi persaingan, Doel ingin kelihatan ‘modern’, bergaya rambut kribo dan ikut spekulasi bisnis temantemannya. Sebuah komedi satir yang sangat jeli tentang proses modernisasi Jakarta dan ekspresi anak muda yang terengah-engah mengikutinya.
Doel, a young man from one of the kampungs of Jakarta, faced the harsh reality of post-graduation unemployment. At the same time he tried to win the heart of Nonon, a runway model. His competition was Achmad, a music star as much as a girls’ charmer. For the sake of competition, Doel wanted to look ‘modern’: by supporting a ‘fro and participating in his fellows’ business speculation. A satire that shows extraordinary wit on Jakarta modernization and the expression of youth running by its side, gasping for breath.
Warkop DKI (Gengsi Dong)
121’ | 1980 | DVD



Sutradara / Director: Nawi Ismail
Pemain / Stars: Dono (Slamet), Indro (Paijo) Kasino (Sanwani), Camelia Malik (Rika), Zainal Abidin, M Pandji Anom.
Date: 10 January 2011 (19.30)
Venue: Kineforum

Date: 04 January 2011 (19.30) & 12 January 2011 (17.00)
Venue: Galeri Nasional Indonesia
Tiga anak dari keluarga pedagang, Slamet, Paijo dan Sanwani sama-sama kuliah di suatu kampus di Jakarta. Demi memenangkan hati Rika, mereka saling adu gengsi. Rika justru dijodohkan dengan seorang calon tentara. Pada tahun 1980-an saat rezim militer Indonesia sedang kuat-kuatnya, punya menantu tentara menjadi idaman banyak orangtua.
Three merchant sons --Slamet, Paijo, and Sanwani-- went to the same school in Jakarta. In order to win Rika’s attention, they competed by the way of prestige. Rika, on the other hand, was arranged to be paired with an army recruit. In the eighties, Indonesian military regime was in its strongest state, parents considered soldiers to be the ideal son-in-laws.
Gadis Metropolis
82’ | 1992 | DVD



Sutradara / Director: Slamet Riyadi
Pemain / Stars: Sally Marcelina (Lisa), Inneke Koesherawati (Fanny), Febby R Lawrence (Sandra), Alex Kembar (Maxi), Baby Zelvia (Mirna).
Date: 08 January 2011 (14.15)
Venue: Kineforum

Date: 05 January 2011 (17.00) & 07 January 2011 (14.15)
Venue: Galeri Nasional Indonesia
Gadis muda dan kota dalam film ini adalah kombinasi sempurna kebobrokan moral. Tiga sahabat, Lisa, Fanny dan Sandra cuma kenal hura-hura dan rebutan lelaki. Pada 1990-an, film Indonesia didominasi adegan erotis dan laga. Kehidupan kota dan kaum muda yang tampil di layar terfokus pada sisi eksploitasi seksualitas dan adu kekuasaan fisik.
Young girl and the city, depicted in the movie was a perfect portrait of moraldecadence. Three friends --Lisa, Fanny, and Sandra-- were ideal hedonists. In the nineties, Indonesian movies were dominated by erotic and action scenes. Urban life and youth, represented on screen were focused exclusively on sexual exploitations and fist fights.
Gejolak Kawula Muda
107’ | 1985 | DVD



Sutradara / Director: Maman Firmansyah
Pemain / Stars: Chicha Koeswoyo (Chicha), Rico Tampatty (Rico), Ade Irawan, Zainal Abidin, Beben Firmansjah.
Date: 07 January 2011 (19.30) & 12 January 2011 (19.30)
Venue: Kineforum

Date: 11 January 2011 (17.00)
Venue: Galeri Nasional Indonesia
Pada pertengahan 1980-an, tari kejang atau breakdance memicu perdebatan hangat karena sampai mencelakakan jiwa beberapa anak muda. Dengan nada romantis, film ini memotret konflik dalam keluarga karena perbedaan nilai antara anak dengan orangtua tentang ekspresi seni.
Breakdance triggered a hot discussion in the mid-eighties and was considered problematic since it harmed the lives of some youngsters. Romantic in tone, the movie portrays a domestic conflict caused by inter-generational difference in values on what artistic expression actually was.
Kuldesak
110’| 1997| 35mm



Sutradara / Director: Mira Lesmana, Riri Riza, Rizal Mantovani, Nan. T. Acnas
Pemain / Stars: Oppie Andaresta (Dina), Ryan Hidayat (Andre), Wong Aksan (Aksan), Bianca Adinegoro (Lina).
Date: 05 January 2011 (19.30) & 10 January 2011 (14.15)
Venue: Kineforum

Date: 09 January 2011 (14.15)
Venue: Galeri Nasional Indonesia
Empat tokoh utama film ini punya obsesi yang tidak kesampaian. Dunia kaum muda di sini penuh mimpi tanpa pencapaian gemilang, meski mereka datang dari kalangan mampu. Pernyataan yang paling keras dalam film ini adalah bahwa kaum muda memerlukan film yang berbeda dibanding para pendahulunya dan Kuldesak berhasil menciptakannya. Film ini menandai kelahiran angkatan baru dalam sejarah film Indonesia yang ironisnya pada saat kelahirannya dianggap sama sekali tidak punya identitas Indonesia.
Each of the four protagonists in the film had an unfufilled obsession. The world of youth depicted here were full of dreams without any remarkable achievement, despite their well-to-do background. The loudest statement this film makes is that what youth needed was movies, different from their predecessors. Kuldesak is a success in this regard. The film marked the birth of a new generation in Indonesian cinema history, one that ironically perceived as not in possession of any identity that made them Indonesian in the first place.
Kantata Takwa
95’ | 2008 | DVD | dokumenter



Sutradara / Director: Eros Djarot & Gotot Prakosa
Date: 06 January 2011 (19.30)
Venue: Kineforum

Date: 08 January 2011 (14.15) & 10 January 2011 (17.00)
Venue: Galeri Nasional Indonesia
Puisi kesaksian dari para seniman Indonesia tentang masa represif rezim Orde Baru Soeharto yang diwarnai KKN, penculikan dan pembunuhan para aktivis yang berbeda pendapat dengan penguasa saat itu. Syair-syair W.S Rendra dan lagu-lagu dari "Kantata Takwa" dan "Swami" menyertai adegan demi adegan dalam film ini. Peristiwa-peristiwa paling mengesankan dalam film ini adalah melihat energi kaum muda yang begitu dahsyat seperti tersalurkan lewat kritik sosial yang diungkapkan para seniman ini.
A testimonial prose made by Indonesian artists about the repressive age under Soeharto's New Order regime. An era that was characterized by KKN ("Korupsi, Kolusi & Nepotisme" --corruption, collusion, and nepotism--), abductions, and assasinations done to the governmentopposing activists. Poems by W.S. Rendra, songs by "Kantata Takwa" and "Swami" accompany the scenes in the movie. The most impressive events contained in the movie are about youthful fierce energy channeled through the social critiques expressed by the artists.


Belkibolang (Belok Kanan Boleh Langsung / Traffic Sign: Right Lane Must Turn Right)
87’ | 2010 | Digital | Kompilasi film pendek | Indonesia
Date: 08 January 2011 (19.30)
Venue: Kineforum

Date: 09 January 2011 (17.00) & 12 January 2011 (14.15)
Venue: Galeri Nasional Indonesia
Sebuah proyek film yang mengundang sembilan sutradara muda untuk membuat film pendek tentang kota Jakarta di malam hari.
A film project about Jakarta during the night, made by nine young directors.


Payung (Umbrella)
Sutradara / Director: Agung Sentausa

Wahyu, seorang pekerja kebanyakan, tampak lelah. Malam itu hujan turun dengan deras, menambah kebenciannya pada kota tempatnya tinggal, kehidupannya dan dirinya sendiri. Pertemuannya dengan Fitri merubah malam menjadi hangat.

Wahyu, a commoner, looked tired. Rain fell hard that night, adding to the contempt he felt towards the city he lived in, his life, and himself. His meeting with Fitri gave warmth to the night.


Percakapan Ini (Chit Chat)
Sutradara / Director: Ifa Isfansyah

Sebuah percakapan panjang antar Omen, seorang koki, dan Nuri, tetangganya. Sebuah pembicaraan tentang hubungan, pilihan dan rasa keibuan. Percakapan tak berawal maupun akhir.

A long conversation between Omen, a chef, and Nuri, his neighbor. A dialogue on relationship, choice, and sense of motherhood. A conversation that neither had any beginning, nor an end.


Mamalia (Mamalls)
Sutradara / Director: Tumpal Tampubolon

Wati sedang mencari ojek waktu Maman menghampirinya. Akhirnya mereka sepakat dan mencari sebuah alamat bersama hingga mata Wati kelilipan dan ojek pun berhenti. Maman gembira dan malam itu menjadi milik Wati.

Wati was looking for an ojek (motorcycle taxi) when Maman approached her. They agreed to look for a similar address. Wati's eye got something in her eye when the motor stopped. Maman felt a sense of happiness and Wati owned the night.


Planet Gajah (Planet Elephant)
Sutradara / Director: Rico Marpaung

Sebuah ramalan menunjukkan angka 25 dan 2010. Untuk Nathan adalah sebuah permainan, sedangkan untuk Mili adalah sebuah tanda-tanda. Malam ini adalah ulang tahun Nathan ke 25 di tahun 2010, dan Mili tidak siap kehilangan Nathan.

A prophecy showed the number 25 and 2010. For Nathan it is just a mere game, whereas for Mili it is a sign. The night was Nathan's 25th birthday in the year of 2010, and Mili was not prepared to lose him.


Tokek (Gecko)
Sutradara / Director: Anggun Priambodo

Malam-malam biasa dengan tayangan sinetron di TV. Edwin sibuk bekerja di kamarnya yang dingin, sementara istrinya tidur dengan lelap. Tiba-tiba, listrik mati. Rumah mereka digilir PLN malam ini. Kini kamar menjadi gelap, panas, dan terisi suara-suara tetangga, dan Edwin menikmatinya, hingga sebuah suara menganggu kesenangan barunya.

Usual night with soap operas on TV, Edwin was working in the cold room with his wife soundly asleep. All of a sudden, the electricity went out. It was their turn that night, according to PLN ("Perusahaan Listrik Negara" --The State Electricity Company--). The room went dark, balmy, and was filled by voices from the neighbors. Edwin enjoyed it, up until a voice interrupted the new found enjoyment.


Peron (Railroad Platform)
Sutradara / Director: Azhar Lubis

James selalu pulang naik KRL setiap hari ditemani ipod-nya. Malam itu, ipodnya rusak dan dia menemukan suara-suara istimewa yang jarang ia dengarkan.

James always went home by train, accompanied by his iPod everyday. That night, it was malfunctioned and he found particular voices he rarely heard.


3ll4 (Ella)
Sutradara / Director: Wisnu Surya Pratama

Malam ini adalah malam terakhir di bulan puasa. Ella seorang pelacur dari Surabaya dan selalu berjualan di warung bebek Madura milik Pak Gendut. Subuh itu, Ella pulang kampung sebagai anak yang patuh walaupun tidak sempurna.

That night was the last night of Ramadhan (the Moslem fasting month). Ella was a hooker from Surabaya and also waited for a Madura duck warung owned by Pak Gendut. When dawn came, Ella returned home as an obedient child, although was far from perfect.


Roller Coaster
Sutradara / Director: Edwin

Sepasang sahabat, laki-laki dan perempuan berniat mencari tantangan. Mereka telah bersahabat sekian lama, tahu segalanya tapi tidak pernah melihat ketelanjangan masingmasing. Mereka sangat tegang dan tanpa mereka sadari waktu telah berakhir.

A pair of bestfriends, male and female were out looking for challenge. All through the years they had been bestfriends, they were knowledgeable about each other every condition, but had never seen each other in nudity. They were so tense without realizing it their time was up.


Full Moon
Sutradara / Director: Sidi Saleh

Bobi, seorang supir taksi, dan Isna istrinya, berjalan-jalan pada malam tahun baru. Bobi ingin mengutarakan keinginnya yang terpendam, sedangkan Isna ingin merayakan keriaan tahun baru. Dalam kegembiraan, Isna mendengar keinginan suaminya. Bulan purnama terdiam merayakan tahun baru.

Bobi, was a taxi driver, and with Isna was his wife, went down for a stroll in a new year’s eve. Bobi wanted to state his hidden desire, while all Isna wanted was to celebrate the festivities of the evening. In joyment, Isna heard her husband’s desire. The full moon was silent in celebrating this new year.
Untuk Kaum Muda
43’| 2003 | DVD



Sutradara / Director: Erfan Agus
Date: 04 January 2011 (14.15) & 10 January 2011 (17.00)*
Venue: Kineforum

Date: 06 January 2011 (17.00) & 09 January 2011 (19.30)
Venue: Galeri Nasional Indonesia

*dilanjutkan dengan diskusi / followed by discussion: "Talking ‘Bout My Generation"
Are you ready for some rock 'n' roll? Pada tahun 1975, majalah Aktuil menghadirkan pertunjukan Deep Purple di Jakarta. Konser itu merupakan sukses yang luar biasa, tapi juga menjadi awal sebuah kejatuhan...
Are you ready for some rock 'n' roll? In 1975, Aktuil magazine presented Deep Purple show in Jakarta. The concert was a brilliant success, but it also served as the beginning of a collapse...
Didahului oleh / Preceded by:
Peta Ngombe
9'58" | 2007 | DVD



Sutradara / Director: Seto Hari Wibowo

Video ini merupakan sebuah pemandu bagi pendatang yang ingin membeli minuman keras di kota Malang. Dalam bahasa Jawa, ngombe berarti minum, tapi sering diasosiasikan sebagai minum minuman keras. Peta Ngombe menjadi sebuah video yang menggunakan ‘kebiasaan ngombe’ sebagai salah satu jendela untuk menjelaskan kota Malang. Video ini merupakan salah satu hasil lokakarya OK Video Militia yang diadakan di Malang, bekerja sama dengan komunitas Insomnium.

The video is a guide for a new comer that wants to buy alcoholic beverages in the town of Malang. In Javanese, 'ngombe' means to drink, but often associated with drinking alcohol. 'Peta Ngombe' is a work that uses this ngombe habit as a window by which one explains Malang. The video is a result of OK.Video Milita workshop done in Malang, collaborating with Komunitas Insomnium.
Tety Kadi - Pulau Seribu
3’09’’ | Video Musik | 2002 | DVD



Sutradara / Director: Oliver Husain
Brisik - Burn
1’25” | Video Musik | 2002 | DVD



Sutradara / Director: Ari Satria Darma
Seringai – Generasi Menolak Tua
59’40” | 2010 | DVD | HighOctane Production & Demajors



Sutradara / Director: Bramantyo Hernomo
Date: 12 January 2011 (17.00)
Venue: Kineforum

Date: 04 January 2011 (14.15) & 08 January 2011 (17.00)
Venue: Galeri Nasional Indonesia
Dokumentasi perjalanan hidup band rock oktan tinggi Seringai selama sekitar delapan tahun. Bisa juga menjadi sebuah pernyataan gairah band Seringai terhadap musik rock, di mana mereka menghembuskan nafas segar ke dalam kancah musick rock lokal sejak 2002.
The documentation of the journey belongs to the highoctane rock band "Seringai" during approximately 8 years of its existence. It could also be considered as a passion statement Seringai made for rock music scene, for which Seringai brough a breath of fresh air in 2002.
Mengejar Ombak
48’ | 2009 | DVD



Sutradara / Director: Dave Arnold
Date: 06 January 2011 (17.00) & 11 January 2011 (14.15)
Venue: Kineforum

Date: 07 January 2011 (19.30)
Venue: Galeri Nasional Indonesia
Sebuah dokumenter yang menawarkan wawasan intim ke dalam kehidupan seorang surfer muda Indonesia yang sangat berbakat, Dede Suryana (Surf Champion dan dua Gold Winner di Asian Games Beach).
A documentary that offers an intimate outlook into the life of a very talented young Indonesian surfer, 'Dede Suryana' (Surf Champion and two Gold Winner in Asian Games Beach).
Didahului oleh / Preceded by:
The Jonis - A Spy in The House of Love
5’25” | Video Musik | 2003 | DVD



Sutradara / Director: Grainy Cullinaire
Sabotase
15’ | 2009 | DVD



Sutradara / Director: Hadrah Daeng Ratu

Penggusuran dan penempatan lahan tidak resmi memicu konflik yang menimbulkan tindak sabotase.

Evictions and non-official land placements triggering conflict and comes the act of sabotage.
Kompilasi Film Pendek karya Ariani Darmawan (Compilation of Short Film by Ariani Darmawan)
62’ | DVD

Date: 03 January 2011 (17.00) & 07 January 2011 (17.00)
Venue: Kineforum

Date: 05 January 2011 (19.30)
Venue: Galeri Nasional Indonesia
Ariani Darmawan
Seorang seniman/pembuat film, tinggal dan bekerja di Bandung, Indonesia. Sebagian karyanya mengomentari persoalan kekuasaan/identitas serta bahasa yang juga terkait dengan konstruksi makna. Darmawan telah berpartisipasi dalam beragam festival dan pameran seni rupa di Eropa, Amerika Utara, Australia dan Asia, menampilkan film pendek, dokumenter, sampai instalasi video dan karya teatrikal.

Ariani Darmawan
A video artist/filmmaker, lives and works in Bandung, Indonesia. Most of her works comment on power/identity and language along with its construction of meaning. Darmawan has participated in numorous festivals and art exhibitions in Europe, North America, Asutralia and Asia with works ranging from short films, documentaries to video installations and theatrical works.


The Anniversaries
12’ | 2006

Potret hubungan pasangan suami istri yang digambarkan lewat momen-momen perayaan ulang tahun pernikahan mereka, dalam latar sebuah lift.

A portrait of the relationship of a married couple, depicted through their anniversary moments, taking a setting inside a lift.


City of Desire
4’ | 2000

Sebuah interpretasi karya tulis Italo Calvino yang berjudul City of Desire tentang sebuah kota yang dibangun oleh hasrat-hasrat para pria untuk menangkap perempuan dalam mimpi mereka.

An interpretation of a piece of writing by Italo Calvino, entitled City of Desire, about a city built by the men’s desires to catch the women of their dreams.


It's Almost There
23’ | 2001

Buku Harian seorang perempuan ketika pulang kembali ke tanah airnya. Sebuah pertanyaan membuka dan membingkai seluruh film ini: "Tahukah kau bentuk dunia ini?"

A diary of a woman when she returned to her homeland. A question opened and framed the whole film in unity: "Do you know about the form of this world?"


Still Life
7’ | 2006

Empat perempuan dari berbagai bangsa dan bahasa bertengkar di sebuah meja. Dalam dunia nyata, karya ini dinamakan "Still Stupidity".

Four women from different national and linguistic background fought on a table. In the real world, the work is entitled "Still Stupidity".


Silenced
6' 20" | 2004

Sebuah pelajaran tentang kesahajaan, atau mungkin malah tentang keangkuhan? Atau bahkan sebuah demonstrasi tentang bagaimana kau bisa membuat film menarik dengan sarana minim? Mungkin sedikit dari semua ini. Sebuah shot yang statis dan tak terpotong menunjukkan seorang gadis dan sebuah buku. Jelas sedang dimata-matai, tapi oleh si pembuat film sendiri, sehingga kita berkesimpulan bahwa si gadis sadar penuh akan proses pengambilan gambar. Dibisukan, tapi mengapa dan oleh siapa? Ada latar belakang musik, tapi lebih dari itu karya ini telanjang. "Ya, itulah apa yang kau butuhkan untuk menarik perhatian." -G. Zuilhoff.

A lesson in modesty. Or is it perhaps vanity? Or a demonstration of how you can make an intriguing film with minimal means? Maybe a bit of each. A static, uncut shot of a girl with a book. Apparently spied on, but it is the film maker herself, so she must be aware of the filming. Reduced to silence, but why and by whom? There is some music, but apart from that it’s bare. "Yes, that’s all you need to intrigue." -G. Zuilhoff.


Sugiharti Halim
9' 52" | 2008

Apa artinya sebuah nama? Bagi Sugiharti Halim, ternyata nama berarti sejumlah pertanyaan panjang. Kadang kocak, kerap menjengkelkan dan yang jelas penuh kontradiksi: Apa benar seseorang perlu nama 'asli'? Apa betul nama bisa dijual? Apa iya identitas bisa disamarkan di balik sebuah nama? Sugiharti Halim menawarkan sebuah cara pandang yang jenaka, 'nyelekit', sekaligus kontekstual untuk ditilik lagi hari ini.

What's in a name? For Sugiharti Halim, it meant a number of lengthy questions. Funny at times, often annoying, and clearly always controversial: Is it true that someone needs a 'real' name? Could identity be concealed over a name? Sugiharti Halim offered a funny perspective, witty, and at once contextual to be reconsidered today.
The Songstress and The Seagull
50’ | 2010 | DVD



Sutradara / Director: Paul Agusta
Date: 05 January 2011 (17.00) & 11 January 2011 (17.00)
Venue: Kineforum

Date: 08 January 2011 (19.30)
Venue: Galeri Nasional Indonesia
Sebagai gadis muda, Kartika Jahja mendengar VIna Panduwinata menyanyi dan memutuskan ingin bernyanyi. Sejak itu Vina adalah salah satu inspirasi paling penting bagi Tika. Pada November 2009, kedua penyanyi ini dipasangkan bersama di atas panggung Jakarta Artmosphere 2009 dan menghadirkan pertunjukan yang tak terlupakan. Film ini mengikuti Tika dan kelompoknya, The Dissidents, saat mempersiapkan pertunjukan yang mencakup aransemen ulang dari beberapa judul lagu legendaris Vina..
As a young girl, Kartika Jahja heard Vina Panduwinata sang and decided to be a singer. Since that moment, Vina serves as one of Tika’s most important influences. On November 2009, the two singers were put together on a Jakarta Atmosphere 2009 stage, and resulted in an unforgettable show. The movie followed Tika and her band, "The Dissidents", during the preparation of the show including the rearrangement process of a few numbers originally sang by Vina.
Didahului oleh / Preceded by:
Lagu Anak
5’ | 2008 | DVD



Sutradara / Director: I Gede Adhi JP

Sewaktu kecil saya menyanyikan lagu Bintang Kecil, Balonku, Susan, Si Kancil dan sejenisnya. Apa yang terjadi sekarang jika anak-anak kecil diberikan kesempatan bernyanyi di depan kamera?

When I was little, I sang "Bintang Kecil", "Balonku", "Susan", "Si Kancil" and such. What would happen if children were given the chance to sing in front of a camera nowadays?
Tjidurian 19
41’| 2009 | DVD



Sutradara / Director: Abduh Aziz & Lasja F. Susatyo
Date: 03 January 2011 (14.15) & 08 January 2011 (17.00)
Venue: Kineforum

Date: 06 January 2011 (19.30)
Venue: Galeri Nasional Indonesia
Anak-anak muda berkumpul, saling adu kebolehan dalam mewarnai kancah sastra Indonesia. Jalan Tjidurian nomor 19 adalah rumah buat gagasan, cinta, ilmu dan persahabatan. Pada suatu hari, komunitas itu hancur karena pertikaian politik dan bersama itu masa muda pun terampas.
Youth gathered, competing in the Indonesian literature scene. Tjidurian steet no. 19 was a place for idea, love, knowledge, and friendship. One day, the community was shattered by political dissension and seizing some youth in the process.
Didahului oleh / Preceded by:
Anomicratrap - Ode to A Scar
3'55" | 2003 | Video Musik | DVD



Sutradara / Director: Satellite of Love
Teknoshit - Eksploitasi
4'22" | 2002 | Video Musik | DVD



Sutradara / Director: Eddy Cahyono
Di Mana Saya?
10'39" | 2008 | DVD



Sutradara / Director: Anggun Priambodo

Ada di mana diri Anda pada bulan Mei 1998? Melalui Di mana saya?, Anggun Priambodo menelusuri kisah sejumlah 'orang biasa' satu dekade setelah reformasi berlalu melalui foto-foto mereka saat berada dalam beragam kegiatan ketika itu.

Where were you in May 1998? Through "Di Mana Saya?", Anggun Priambodo retraced some stories of the 'common people' after the reformation era went through the mark of a decade, through their photographs depicting their activities at that exact moment.
15.000.000 Parachutes*
25' | 2001 | DVD
*Pemutaran Video dan Diskusi / Film Screening and Discussion: 04 January 2011 (19.30)



Sutradara / Director: Sebastian Morales
Sebastian Diaz Morales
Lahir pada 1975 di Comodoro Rivadavia, Argentina. Ia menempuh studi di Rijksakademie dan sekarang tinggal serta bekerja di Amsterdam.
Sebastian Diaz Morales
Was born in 1975 in Comodoro Rivadavia, Argentina. He studied at the Rijksakademie and now lives and works in Amsterdam.
Date: 04 January 2011 (19.30)*
Venue: Kineforum
*dilanjutkan dengan diskusi film bersama / followed by film discussion with: Sebastian Diaz Moralea & Hafiz

Date: 09 January 2011 (17.00)
Venue: Kineforum

Date: 12 January 2011 (19.30)
Venue: Galeri Nasional Indonesia
15.000.000 Parachutes adalah sebuah film yang menyentuh tentang urbanisasi yang terjadi di Indonesia, di mana banyak warga desa pindah ke Jakarta dan setiap hari harus menemukan keberanian untuk "terjun" dari Monumen Nasional tanpa mengetahui tempat yang tepat untuk mendarat. Para pekerja anonimus ini merupakan metafora untuk jutaan orang yang berjuang menemukan tempat mereka di kehidupan urban kontemporer.
"15.000,000 Parachutes" is a beautiful and moving story of a rural worker in Indonesia who comes to the city of Jakarta and who must daily find the courage to "parachute" off the National Monument without ever finding an appropriate place to land. This anonymous worker is a metaphor for the many millions of such individuals trying to find a place in contemporary urban life.
Didahului pemutaran karya-karya video hasil lokakarya OK. Video 2003 bertema Urban Space yang diadakan oleh ruangrupa / Preceded by video works, result of OK.Video workshop done in 2003 by ruangrupa, utilizing the theme Urban Space:
Everything’s OK
5’10’’ | 2003 | DVD



Sutradara / Director: Tintin Wulia

Video animasi dengan teknik stop-motion yang menceritakan perkembangan pembangunan kota. Telah diputar di berbagai festival video di seluruh dunia.

Animated video made by applying the stop motion technique, telling a story about the development of cities. It has been screened on various festival globally.
Lift
2'55' | 2003 | DVD



Sutradara / Director: Albertus Wisnumurti & Stephanus Citra Pramadi

Video semi dokumenter yang imajinatif tentang pekerjaan seorang penjaga lift di sebuah gedung perkantoran di Jakarta.

Semi-documentary video on the work of an elevator usher in one of the office buildings in Jakarta.
Post-Urban
3'12" | 2003 | DVD



Sutradara / Director: Sulasmoro

Video satir tentang urbanisasi, dibuat dengan gaya iklan layanan masyarakat yang bertujuan untuk menghalau laju urbanisasi.

A satire on urbanization, made by employing the style of public service announcements in order to ease the acceleration of urbanization rate.
Sama Sekali Tidak Membosankan
2'30" | 2003 | DVD | 5 ver.



Sutradara / Director: Irwan Ahmett
Tolonovela
3' | 2005 | DVD



Sutradara / Director: Maulana Adel Pasha
Bermain Bersama
10'08" | 2008 | DVD



Sutradara / Director: Hendry Ong
Kompilasi Workshop OK.Video "Militia" - 2007
Date: 12 January 2011 (14.15)
Venue: Kineforum

Date: 03 January 2011 (14.15) & 10 January 2011 (14.15)
Venue: Galeri Nasional Indonesia
Kompilasi video ini memuat sepuluh video pilihan hasil lokakarya OK. Video– Militia (2007) yang diadakan di 15 tempat di 12 kota. Lokakarya video ini mengajak masyarakat untuk lebih aktif menggunakan kekuatan video sebagai “alat” yang produktif, serta mampu menempatkan kesadaran video, media dan teknologi secara kritis dalam konteks lokalnya. Dari keberagaman ini, diharapkan budaya kritis dapat hidup.
The video compilation contains ten selected results of OK.Video Militia (2007) workshop, carried out in 15 spots in 12 cities. The video workshop attracted the public to consider more the utilization of video as a productive “tool”, and to be able to put critical awareness on video, media, and technology in their local context. From the diversity, critical culture was expected to grow.
Azab Perempuan Matre & Pacarnya yang Selingkuh di Kota Kembang
6'40" | 2007



Sutradara / Director: Dilayoe

Barbie dan Superman, dua tokoh mainan raksasa Amerika ini menjalin kisah cinta di Kota Kembang, Bandung. Kisah ini berakhir dengan kutukan. Bekerja sama dengan Buton Kultur 21.

Barbie and Superman, the two characters in the gigantic American toys industry, had a romantic relationship in Bandung, the City of Flowers. Their love story ended up cursed. Done in collaboration with "Buton Kultur 21".
Arema Tidak Kemana-mana!!!
4'7" | 2007



Sutradara / Director: Akbar Yummi

Arema Tidak Kemana-mana!!! Merupakan sebuah pernyataan. Video dokumenter ini bercerita tentang bagaimana fanatisme masyarakat Malang terhadap sebuah kebanggaan kota, yaitu kesebelasan Arema Singo Edan. Bekerja sama dengan Komunitas Insomnium.

"Arema is Going Nowhere!!!" is a statement. This video told the story about Malang people’s fanaticism towards their city pride, Arema Singo Edan football club. Done in collaboration with "Komunitas Insomnium".
Round 1
5'43" | 2007



Sutradara / Director: Awaludin

Siapa yang bertarung? Siapa yang menang? Video performans yang menampilkan pertarungan dua petinju di jalan ini mencoba mengkritik kehadiran pusat perbelanjaan di kota Malang. Bekerja sama dengan Komunitas Insomnium.

Who fought? Who won? Video performance of two boxers fighting on the street. This video criticized the presence of shopping centres in Malang City. In collabotarion with "Komunitas Insomnium".
Segara Setu Patok
7' | 2007



Sutradara / Director: Abeng, Teddy, Eka

Sebuah video musik tentang Situ Patok yang dilupakan masyarakatnya. Video ini membuat gambaran interaksi masyarakat dengan danaunya yang diiringi oleh lagu khas Cirebonan yang dibawakan sendiri oleh pembuat video. Bekerja sama dengan Komunitas Gardu Unik Sinau.

A video music about "Situ Patok", the forgotten lake. The video captures the interaction of people and the lake, with "Cirebonan" (Cirebon’s song) as the backsound, performed by the video makers themselves. In collaboration with "Komunitas Gardu Unik Sinau".
Asongan
3'57" | 2007



Sutradara / Director: Komunitas Multimedia Manado (KOMED)

Alokasi atas ruang dagang pedagang telepon genggam di Manado menimbulkan konflik dua kubu, Pemerintah Kota dan para pedagang. Perbedaan sudut pandang ini lantas memunculkan cara berdagang yang berbeda, menjual telepon genggam dengan mengasong. Bekerja sama dengan Komunitas Multi Media Manado (KOMED).

The allocation of space done towards mobile phone sellers in Manado (capital city of North Sulawesi) caused a strained situation between City Government and those sellers. The differing point of view resulted in a particular way of selling cell phones. They sold them, as hawkers would do. Done in collaboration with "Komunitas Multi Media Manado (KOMED)".
Montir
5'30" | 2007



Sutradara / Director: Jani Samanta

Banyak cara mengisi hari libur bagi seorang Pegawai Negeri Sipil (PNS), salah satunya adalah memperbaiki televisi. Video ini menjabarkan tahaptahap memperbaiki televisi. Bekerja sama dengan Seni Media Rekam, Direktorat Kesenian, Departemen Kebudayaan dan Pariwisata.

As a Civil Servant, there are many things to do during a holiday. Television reparation is one of them. This video shows the steps of repairing television. Done in collaboration with Media and Recording Department, Indonesian Ministry of Culture and Tourism.
Dalam Kotak, di Dalam Tralis
5' | 2007



Sutradara / Director: Brian Genie, Robert M. Syarief, Dimas Djunaedi, Maulani Gani

Video eksperimental tentang visual dan realitas yang muncul bersamaan dalam satu durasi. Sosok yang terbingkai berada di dua refleksi yang bersandingan. Bekerja sama dengan Rumah Kotak.

An experimental video about visual and reality that arise simultaneously at the same duration. The framed figure was located between two juxtaposed reflections. Done in collaboration with "Rumah Kotak".
De-Ja-Vu
6'5" | 2007



Sutradara / Director: Brian Genie & Dimas Djunaedi

Lorong itu menyerukan memori tentang pekerja dan kesibukan masyarakat di Stasiun Depok. Suara adzan dengan wajah-wajah khas pekerja yang pulang kerja di sore hari bertautan dalam tutur penceritaan video ini. Bekerja sama dengan Rumah Kotak.

That alley re-invites the memory about workers and people who were always busy at "Depok Station". The workers went home with a weary face, "Adzan" as their background sound; they were all linked as the narrative of this video goes. Done in collaboration with "Rumah Kotak".
Ayu Mbolong-Mbolong
3'55" | 2007



Sutradara / Director: Agoes Koecink

Sebuah video dokumenter pendek yang merekam kehidupan Ludruk Irama Budaya Surabaya. Bekerja sama dengan Taman Budaya Cak Durasim.

A short video documentary records the life of "Ludruk Irama Budaya Surabaya". Done in collaboration with "Cak Durasim Cultural Park".
Jancok
3'56" | 2007



Sutradara / Director: Nakula

Dengan mewawancarai warga Malang, video ini mengungkapkan makna dan penggunaan kata umpatan "jancok", yang biasa digunakan di daerah Jawa Timur. Bekerja sama dengan Komunitas Insomnium.

By interviewing Malang residents, the work gives the explanation on meaning and usability of the term "jancok", popularly used in the East Java region. Done in collaboration with "Komunitas Insomnium".
Tales From Jakarta
54' | 2008 | DVD
Date: 07 January 2011 (14.15)
Venue: Kineforum

Date: 03 January 2011 (17.00) & 11 January 2011 (14.15)
Venue: Galeri Nasional Indonesia
Cerita-cerita personal dari jalanan di kota Jakarta, tempat tinggal sepuluh juta orang dari seluruh penjuru Indonesia. Tiap film dokumenter dengan penuh perhatian menceritakan "warga ilegal" yang berdiam di ruang publik bukan karena pilihan, melainkan semata untuk bertahan hidup.
Personal stories from the street of Jakarta, a place where ten million life comes to live from different corners of the country. Every documentary attentively told a story on how "resident alien" inhabiting the public space was not a product of choice, but one of survival.
Bot.. Parabot
7'



Sutradara / Director: Jastis Arimba

Kenaikan harga minyak berpengaruh buruk pada bisnis. Dion dan teman-temannya menyesuaikan diri dengan hal ini sambil menggerutu tentang hidup.

The rise in oil price brings a bad consequence to businesses. Dion and friends adapted to the fact, through complaints against life.
Babi Apa Ayam?
13'



Sutradara / Director: Sakti Parantean

Satu hari dalam hidup Novi, bocah perempuan berusia sepuluh tahun keturunan Cina yang tinggal di Glodok, pecinan kota Jakarta. Hari-harinya diisi dengan kerja... bukan sekolah.

A day in Novi’s life, a tenyear-old girl Chinese decent and lived in Glodok, Jakarta Chinatown district. Her day was filled with labor... not education.
Irama Hari
9'



Sutradara / Director: Steve Pillar Setiabudi

Beragam makanan yang ada di jalanan Jakarta tidak datang begitu saja. Komposisi dari berbagai elemen yang ada dalam satu hari; didedikasikan untuk orang-orang yang memberikan kontribusi pada kehidupan Jakarta.

The diverse cuisine available on the street of Jakarta was not invented out of nothing. The movie is formed by compositions from numerous elements throughout one given day; dedicated to those who had given their contributions to life in Jakarta as we know it.
Makan Siang Di Hari Jumat
8'



Sutradara / Director: Ariani Djalal

Kisah dua masjid di ibu kota negara dengan penduduk Muslim terbesar di dunia dan bagaimana pengaruhnya terhadap orang-orang yang berada di sekitarnya.

A story about two mosques in the capital of a country which had the biggest Moslem population in the world, as well as about how these two mosques influenced the society around them.
Musafir
17'



Sutradara / Director: BW. Purba Negara

Kamal dan Ida mengumpulkan barangbarang yang dibuang orang kaya di Jakarta. Mereka berbagi masalah kehidupan di pintu masjid, gerobak dengan roda yang rusak dan tongkat ajaib.

Kamal and Ida collected the riches' left-overs in Jakarta. They shared their life problems at a mosque gate, through a broken-wheeled cart, and a magic wand.
Massroom Project
92' | 2003 | Forum Lenteng
Date: 09 January 2011 (19.30)
Venue: Kineforum

Date: 05 January 2011 (14.15) & 11 January 2011 (19.30)
Venue: Galeri Nasional Indonesia
Kota adalah ladang ide yang tidak pernah habis dan tempat terjadinya fenomena-fenomena disinteraksi atau ketidakwajara yang dianggap biasa oleh masyarakatnya. Dari pemikiran inilah ide tentang Massroom Project yang melibatkan mahasiswa komunikasi yang mempunyai ketertarikan terhadap fenomena kota, terutama Jakarta.
City is a field in which ideas never run out, and a place where phenomena of disinteraction and ridiculousness considered normal by its society happen. The idea about Massroom Project arose basicly from this proposition. The project involved communication students who put their interest into urban phenomena, especially in the context of Jakarta.
Partisipan / Participants: Andang Kelana, Andy Rahmatullah, Mahardhika Yudha, Maulana M. Pasha, Wachyu Ariestya P., Hafiz (Advisor), Otty Widasari (Mentor).
Andang dan Sarjo
8'



Film ini mendokumentasikan peristiwa pengalaman yang diperoleh Andang saat mencukur rambutnya. Dialog terjadi antara Sarjo, yang bekerja sebagai tukang cukur keliling, dengan Andang, tentang memori hidup di Jakarta dan sejarah masing-masing.

This film documenting the experience achieved by Andang when his hair being shave-off. Dialogue occurs between Sarjo, who work as traveling barber, with Andang. Talking about memories of their history of life living in Jakarta.
Dongeng Sebelum Hujan
15'



Kesaksian seorang sopir yang kesehariannya mendapat berbagai pengalaman menarik ketika ia membawa penumpangnya, mulai dari cerita mengenai pelacur di Jakarta sampai kejahatan orang yang dialaminya. "Mendongeng", itulah yang dilakukan Ukar kepada penumpangnya. Kebenaran dan kebohongan menjadi kabur.

This public transport has many stories embedded within. Ukar, a taxi driver told what happened when you drove and constantly met strangers. The conversation really became a heroic story revolving around Ukar as an actor. The boundary between lies and truth rendered blurry.
Ronin
13'



Ronin adalah saksi yang melihat dan mendengar "perubahan" dan "kejadian" di komunitas-komunitas kecil di Jakarta. Ronin adalah seseorang yang ditunggu-tunggu oleh ibuibu rumah tangga dan para pembantu. Ronin adalah yang tersisa dari kehadiran mal-mal dan supermarket di Jakarta.

Ronin was a witness who heard and saw the "changes" and "occurences" in a number of small communities in Jakarta. Ronin was someone ever expected by household mothers and keepers in the neighborhood. Ronin was what’s left, in the middle of the ever growing presence of malls and supermarkets in Jakarta.
Pemandangan Piknik
7'



Pernahkah Anda membayangkan duduk di atas sebuah kendaraan umum? Pemandangan apakah yang Anda dapatkan, ketika ada 1500 volt arus listrik mengalir di kepala Anda?

Have you ever imagined: sitting on the top of this public transportation? What scenery would you catch during that situation? You would get a new scenery when you sat on the roof of a moving train, with 1500 volt electricity above you head.
Benhil
6'



"Ngga' kenal tapi akrab". Keakraban antara penumpang dengan sopir, serta kisah seputar sopir kendaraan yang setiap hari membawa orangorang asing. Bahasa tubuh dari kedua personal yang berbeda tersebut sangat menarik untuk dilihat.

"Intimate strangers, strangely intimate". The intimacy between a rider and a driver, together with the story of this driver taking strangers everyday. The body language between these two different persons are interesting to watch.
B
5'



Bising dan bergetar, itulah ciri khas dari kendaraan ini.

Noisy and vibrating, that are the peculiarities of the vehicle.
Jakarta 24
14'



Adakah yang sulit di dapat dari pelayanan di Jakarta? Semuanya tersedia... dan kota ini tidak pernah berhenti.

What is the most dificult thing to find in Jakarta? Everything is available... and the city never sleeps.
Andy Bertanya
14'



Banyak cara sebuah usaha dalam mengiklankan diri. Jasa iklan di media massa sangatlah mahal. Tapi ada cara untuk menyelesaikannya, "taruh nomor telepon Anda di jalanan!"

You could call the number that you saw on the street. You would get what you wanted to be served. There were so many ways for business enterprises to present themselves. The commercial advertisement in mass media was very expensive. But there was another way to do it: "put your telephone number on the streets!"
Ditutup oleh / closed by:
Alam Syuhada
9' | 2005 | DVD



Sutradara / Director: Hafiz

Alam memiliki impian untuk menjadi tentara. Namun kendala ekonomi, membuatnya berangkat ke Jakarta untuk meringankan beban orang tuanya. Alam bercerita tentang hidup dan mimpi sebagai manusia yang berjuang di kota besar.

Alam had an aspiration to become a soldier. Alas, he went to Jakarta as a result of economic difficulties. He wanted to relief the burdens of his parent. Alam told his stories on life, on dream of a human being who fought for survival in big city.
Video Musik Indonesia (1990 - 2000)
69'40"
Date: 04 January 2011 (17.00)
Venue: Kineforum

Date: 03 January 2011 (19.30) & 06 January 2011 (14.15)
Venue: Galeri Nasional Indonesia
Kompilasi video musik Indonesia; kurun waktu 1990 - 2000
Indonesian music video compilation; 1990 to 2000
Dewa 19 - Kangen
2'54" | 1992 | digital | Team Record



Sutradara / Director: TN
ROXX - Penguasa
4'44" | 1992 | digital | Viva Pro



Sutradara / Director: TN
Padhyangan Project - Nasib Anak Kost
4'41" | 1993 | digital | Musica Studio



Sutradara / Director: Rizal Mantovani
Slank - Terbunuh Sepi
3'40" | 1994 | digital | Djerit Sinema



Sutradara / Director: Joseph
PAS Band - Impresi
4'14" | 1994 | digital | Aquarius



Sutradara / Director: PAS Band
Netral - Walah
3'33" | 1994 | digital



Sutradara / Director: Wisnu
Katon Bagaskara - Negeri di Awan
4'17" | 1995 | digital | SET Film



Sutradara / Director: Garin Nugroho
Paquita - Dua Manusia
3'21" | 1995 | digital | Kita2 Production



Sutradara / Director: Garin Nugroho
Dewa 19 - Cukup Siti Nurbaya
4'50" | 1995 | digital | Aquarius Musikindo



Sutradara / Director: Rizal Mantovani
Iwa K - Bebas
3'36" | 1995 | digital | Musica Studio



Sutradara / Director: Rizal Manthovani
Pure Saturday - Kosong
3'24" | 1996 | digital | Pure Saturday



Sutradara / Director: Pure Saturday
Chrisye - Kala Sang Surya Tenggelam
4'40" | 1996 | digital | Musica Studio



Sutradara / Director: Rizal Mantovani
Rumah Sakit - Mati Suri
5'58" | 1997 | digital | Rumah Sakit



Sutradara / Director: Platon
Potret - Salah
3'21" | 1997 | digital | Aquarius Musikindo



Sutradara / Director: Dimas Djayadiningrat
Sheila on 7 - Dan
4'41" | 1999 | digital | Sony Music Indonesia



Sutradara / Director: Dimas Djayadiningrat
Padi - Mahadewi
3'24" | 1999 | digital | PRS



Sutradara / Director: Isac Wee
Tipe X - Genit
3'08" | 1999 | digital | Pops Musik



Sutradara / Director: Eugene Panji
Kubik - Matel
3'45" | 1999 | digital | Target Pro & Prosound



Sutradara / Director: Dimas Djayadiningrat
Naif - Posesif
4'23" | 2000 | digital | Bulletin Record



Sutradara / Director: Platon
Video Musik Indonesia (2001 - 2010)
85'05"
Date: 05 January 2011 (14.15)
Venue: Kineforum

Date: 04 January 2011 (17.00) & 07 January 2011 (17.00)
Venue: Galeri Nasional Indonesia
Kompilasi video musik Indonesia; kurun waktu 2001 - 2010
Indonesian music video compilation; 2001 to 2010
Club Eighties - Gejolak Kawula Muda
4'40" | 2001 | digital | Universal Music Indonesia



Sutradara / Director: Platon
Slank - Ngangkang
3'45" | 2002 | digital | Human House



Sutradara / Director: Eugene Panji
Seurieus - Gadisku
2'06" | 2003 | digital | Geus Rieut Record



Sutradara / Director: Sim F
Mocca - Me and My Boyfriend
4'05" | 2003 | digital | FFWD



Sutradara / Director: Gustaff Hariman
Lain - Train Song
3'16" | 2003 | digital | The Jadugar



Sutradara / Director: The Jadugar
Naif - Dia Adalah Pusaka Sejuta Umat Manusia Yang Ada Di seluruh Penjuru Dunia
3'53" | 2003 | digital | Bulletin Record



Sutradara / Director: The Jadugar
The Upstairs - Modern Bob
3'37" | 2004 | digital | The Upstairs



Sutradara / Director: Syauqi Tuasikal
Kornchonk Chaos - Celaka
4'41" | 2004 | digital | VJ Productions



Sutradara / Director: Aswan Tatra
Zeke and the Popo - Unrescued World
5'31" | 2004 | digital | Blackmorse Records



Sutradara / Director: Irwan Ahmett
The Brandals - Lingkar Labirin
3'53" | 2004 | digital | Aksara Record



Sutradara / Director: The Jadugar
Homogenic - Taste Of Harmony
3'47" | 2004 | digital | FFWD



Sutradara / Director: Cerahati
SORE - Lihat
4'58" | 2005 | digital | Aksara Record



Sutradara / Director: Zeke Gumelar & Ramondo Gascaro
C'mon Lennon - Detektif Flamboyan
4' | 2005 | digital | Marmalade



Sutradara / Director: Henry Foundation
Tika - You Belong To Me
3'30" | 2006 | digital | Aksara Record



Sutradara / Director: Joshua Sutojo
Seringai - Serigala Militia
4'32" | 2006 | digital



Sutradara / Director: Tromarama
Santa Monica - Wanderlust
4'25" | 2007 | digital | Sinjitos



Sutradara / Director: Dibyokusumo Hadipamenang, R. Hatumena, Anton Ismael
The S.I.G.I.T - Provocateur
2'27" | 2008 | digital | FFWD



Sutradara / Director: Joshua Sutojo
Agnes Monica - Godai Aku Lagi
4'41" | 2010 | digital | Aquarius Musikindo



Sutradara / Director: Dimas Djayadiningrat
The Wispy Hummers - Jakarta
3'37" | 2010 | digital | KineKuma Pictures



Sutradara / Director: Paul Agusta & Tika
Gribs - Serangga Kecil
5'15" | 2010 | digital | Suara Gunung Kelud Records



Sutradara / Director: Dibyokusumo